Dari makna dibalik namanya, pemberian nama Tulus bukanlah kebetulan belaka.

tulus|tu·lus| sungguh dan bersih hati (benar-benar keluar dari hati yang suci); jujur; tidak pura-pura; tidak serong; tulus hati; tulus ikhlas.

Sincere|adjective|sin·cere| \sin-ˈsir, sən-\ | having or showing true feelings that are expressed in an honest way; genuine or real: not false, fake, or pretend.

Akhirnya Titis ketemu Tulus juga. Foto: Tim Flicker

Akhirnya Titis ketemu Tulus juga. Foto: Tim Flicker

Gagal Berteman dengan Tulus

Perjalanan ini dimulai ketika saya dan kawan saya Tim Flicker mendapati bahwa Tulus termasuk dalam line-up Soundsekerta 2015 yang akan diadakan pada hari Minggu, 13 September 2015. Karena kami berdua adalah penggemar berat lagu balada sentimentil, kami pun sepakat berkomplot untuk mencari cara agar Tulus mau menerima kami sebagai sahabat hidupnya. Strategi kami adalah mengajak Tulus mengamen di depan Victoria State Library di suatu senja yang mudah-mudahan cerah. Saya pun berpikir alangkah indahnya sore itu apabila ia juga bersedia menyanyikan lagu ulang tahun untuk saya dan kami semua kemudian mengakhiri hari dengan nongkrong bareng di bar favorit kami di Hardware Lane.

Demi mematangkan rencana tersebut, sejumlah bala bantuan pun diturunkan dalam usaha ini. Salah satunya adalah seorang gitaris pengamen Melbourne asli Banyumas bernama Alfeus Christantyas yang bertugas mempersiapkan lahan untuk debut mengamen Tulus di benua kanguru nantinya. Kemudian kami juga berhasil menarik perhatian tim manajemen penyanyi tersebut dengan daya pikat seorang kawan sineas bule berbahasa Indonesia, Miko Holt, yang menawarkan bantuan untuk syuting video perjalanan mereka. Saat itu kami merasa kemenangan sudah di depan mata, impian kami akan segera terwujud. Namun, apa daya, ternyata pada akhirnya mereka tidak begitu tertarik dengan segala rencana akal bulus kami. Mereka justru lebih tertarik pada ketulusan hati Miko dalam membantu mereka mendokumentasikan perjalanan ini.

Berkembangnya Tulus Menjadi Seorang Maestro Bujuk Rayu

Visi masa depan saya menjadikan Tulus sebagai man of honour di pesta pernikahan saya kandaslah sudah. Walaupun begitu kami tetap menikmati rangkaian acara Soundsekerta 2015. Konser itu adalah pengalaman pertama saya menonton Tulus secara langsung, dan subhanallah, Tulus itu memang terlahir untuk berada di atas panggung. Pagelaran musik malam itu dihadiri tidak kurang dari 1.800 penonton, namun persona panggungnya membuat kami semua merasa seakan-seakan sedang berada di sebuah acara makan malam eksklusif bersama sang bintang sendiri. Kami pun terbuai oleh setiap kisah yang dibawakan melalui lagu yang ia nyanyikan. Setiap lirik lagunya merupakan suatu refleksi dari pengalaman pahit maupun manis di masa lalu.

Set panggungnya sendiri terdiri dari tiga alat musik beraliran jazz berat yang diset secara efisien dengan komposisi pemusik Fuad Rudyan pada drum, Rudy Zulkarnaen pada double bass dan Yonathan Godjali pada piano. Malam itu kolaborasi ketiga musisi tersebut berhasil mengemas lagu-lagu berikut dari kedua album Tulus dengan indahnya.

  1. Gajah
  2. Baru
  3. Kisah Sebentar
  4. Jatuh Cinta
  5. Bumerang
  6. Teman Hidup
  7. Jangan Cintai Aku Apa Adanya
  8. Seribu Tahun Lamanya
  9. Sepatu
  10. Sewindu
  11. Tanah Airku

Malam itu, Tulus sang pendongeng mengizinkan para penonton mencicipi kesegaran rasa baru yang ia berikan pada baris lagu Seribu Tahun Lamanya dari band era 90-an, Jikustik, “biarkanlah terjadi wajar apa adanya.” Dan wajar apa adanya adalah nafas dari jalannya aksi panggung Tulus. Penampilan mereka sederhana, jujur dan tidak dibuat-buat. Penampilannya tulus.

Sepertinya ketulusan dapat dijadikan sebagai suatu prinsip yang baik untuk diterapkan di setiap lini kehidupan. Prinsip ini sangat sesuai untuk dijadikan bahan bakar utama yang mendorong manusia menjalankan tiap asanya. Bahkan prinsip ini juga cocok digunakan sebagai pendekatan reflektif dalam menjalani percintaan. Biarkan segalanya berjalan secara organik sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Anda hanya perlu duduk dan menikmati perjalanannya.

Warisan Indonesia Berupa Penamaan Anak

Setelah merenungkan pengalaman Soundsekerta dan kehadiran Tulus sebagai seseorang yang tulus, lazim adanya jika saya menyebutkan bahwa pengalaman ini terjadi berkat adanya tradisi penamaan anak di Indonesia. Di Indonesia, nama berisikan harapan. Makna dari sebuah nama menunjukkan semangat yang dipegang oleh orang tua si pemiliknya. Sebagai contoh nama saya yang berasal dari bahasa Jawa berisikan harapan agar saya selalu membuat keputusan yang titis. Nama ini mengandung makna kias tetesan air atau keturunan serta tembakan anak panah yang tepat mengenai papan sasaran. Tentu saja ini merupakan sebuah kebetulan yang indah juga bahwa nama ini dalam bahasa Inggris berarti payudara secara keduanya memang memiliki tampilan yang sama.

Saya berasumsi bahwa hal yang sama dilakukan juga oleh orang tua Tulus. Penamaan Muhammad Tulus Rusydi dengan jelas menunjukkan bahwa mereka mengikuti tradisi luar biasa ini. Muhammad yang diambil dari nama nabi merupakan cerminan pegangan iman keluarganya dan sebuah doa agar anak tersebut mengamalkan kesembilan puluh sembilan nama baik nabi dan meninggalkan segala keburukan. Tulus merupakan harapan agar ia nanti terus menerapkan kebaikan yang tulus dalam segala tindakannya, dan Rusydi adalah nama keluarga yang diharapkan agar terus dihormati untuk generasi berikutnya. Dan saat saya menonton konsernya, saya kaget dan terheran bahwa semua harapan itu terwujud dalam bentuk persona panggung Tulus. Cukup magis adanya bahwa ia menjadi pria yang dibayangkan oleh orang tuanya ketika ia dilahirkan.

Akhir kata, karir musik Tulus sebagai seorang musisi baru saja dimulai. Baru kurang dari empat tahun lamanya ia merilis album perdana, dan sepertinya perjalanan hidup Tulus ke depannya akan menjadi sebuah tontonan yang luar biasa. Sebagai seorang penggemar yang hanya dapat memandang dari jauh, saya hanya dapat mendoakan agar ia terus mengingat pentingnya menjadi si tulus.