oleh Luke J. Dawes, AIYA Victoria Vice President

Bahasa-bahasa tidak muncul tiba-tiba; bahasa-bahasa berkembang pelan-pelan dan mengambil cirinya dari sumber bermacam-macam.  Sebagai orang yang berkesempatan belajar beberapa bahasa, saya mau mengajak kalian semua mengakui hari ini, tanggal 28 Oktober. Hari ini, kita meningat Sumpah Pemuda dan mengingatkan kita sendiri tentang evolusi bahasa yang direndam dengan sejarah, bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Sejarah Bahasa Indonesia mulai pada abad ketujuh, ketika aksara Pallava dituliskan di sebuah prasasti batu; keaksaraan sudah dibawa dari India beberapa abad sebelumnya dan prasasti bahasa Sanskerta sudah ditemukan di Bali, tetapi prasasti ini merupakan salah satu pertama kali bahwa orang menulis dalam bahasa Austronesia. Datangnya Islam pada abad ketigabelas berarti pembicara-pembicara bahasa keturunan, terkenal sekarang sebagai bahasa Melayu Klasik, mulai menggunakan kertas, tinta dan aksara Arab atau Jawi.

Tradisi sastra Melayu Klasik terus di Kerajaan Malaka, dan hikayat berkembang selama periode ini; bentuk lainnya adalah syair, pantun dan babad juga. Sesudah kekalahan Malaka oleh Portugis pada abad keenambelas, Kerajaan Aceh menjadi pusat sastra Melayu Klasik. Beberapa pujangga dan filsuf menulis buah karyanya di Kerajaan Aceh, di antara mereka Hamzah Fansuri dan Syamsuddin al-Sumatrani. Pada awal periode kolonial Belanda di Indonesia, bahasa Melayu sudah menjadi bahasa pergaulan atau lingua franca bagi pelaut, pedagang dan pelancong di wilayah ini. Pejabat Belanda memutuskan menggunakan bahasa Melayu di pemerintah, seminari dan di sastra yang akan diterbitkan oleh Balai Pustaka. Penulis seperti Kartini, Nur Sutan Iskandar dan Sutan Takdir Alisjahbana menulis dalam bahasa Indonesia, dan pada periode itu ide-ide nasionalisme baru mulai muncul di dalam kesadaran masyarakat Indonesia.

Tentu saja, sisanya sejarah. Pada tanggal ini tahun 1928, peserta-peserta Kongres Pemuda mendengarkan untuk pertama kali lagu yang nantinya akan menjadi Indonesia Raya, dan menutup kongresnya dengan sumpahnya. Sejak saat itu, bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa radio, film, televisi, surat kabar, sastra dan Internet juga, dan adalah banyak logat terkenal; bahasa gaul Jakarta yang dipakai oleh siapapun mau menjadi cool, aksen Jawa yang pelan-pelan dan ditaburi kata-kata seperti ngunjuk, wis dan maem, dan lain-lain juga. Akhir-akhirnya bahasa Indonesia juga menjadi bahasa yang penting buat pemuda Australia selama kami menjadi lebih betah, lebih terbiasa dan lebih akrab dengan Indonesia.

Memang ada argumen bahwa pemuda Australia harus belajar Indonesia kalau mereka mau dapat pekerjaan bagus atau mengunjungi Indonesia, tetapi buat saya, bahasa Indonesia merupakan cara mengakses negara—masyarakat, budaya dan sejarah—yang sebaliknya tidak terbuka untuk kami. Ketika saya merindukan Yogyakarta, saya (coba) menyanyi lagu oleh KLAProject. Ketika saya ngobrol sama temanku dari Jakarta, saya pakai kata-kata seperti nih, sih dan yaudahlah (dengan buruk). Indonesia, dan bahasa Indonesia, sudah menjadi sebagian hidup saya, dan inilah pikiran yang saya mau berbagi sama teman-teman Australia dan Indonesia saya yang tertarik pada hubungan di antara negara dua-duanya:

Kita semuanya mempengaruhi dan dipengaruhi bahasa yang kita menggunakan, dan hari ini merupakan kesempatan untuk mengingat bahwa kita selalu mahasiswa bahasa, asing atau asli. Akibatnya, kita selalu harus bersiap dan bersedia untuk mengekspresikan kita sendiri dengan cara baru, dengan kata-kata yang belum pernah dipelajari dan peribahasa yang belum pernah didengar.

Pertama,

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia.

Kedoea,

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga,

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

(Jangan lupa: Minggu ini, AIYA Victoria akan merayakan sumpah itu lewat menyelenggarakan language exchange dalam Bahasa Indonesia saja. Ayo, ngobrol dan ngopi sama teman-teman Australian dan Indonesia!)