Versi Bahasa Inggris, klik di sini

Melanjutkan pendidikan ke luar negeri adalah impian banyak orang. Namun untuk menggapai mimpi itu tidaklah mudah. Para peminat harus melakukan banyak persiapan, mulai dari tes IELTS, melamar ke perguruan tinggi tujuan dan beasiswa.

Pada kesempatan ini AIYA National berhasil mewawancari Seluz Fahik pria asal Nusa Tenggara Timur yang merupakan alumni dari University of Melbourne, Australia dan saat ini bekerja sebagai Data Support Assistant di Australia Awards in Indonesia (AAI). Melalui media sosialnya, Seluz sangat aktif membagikan informasi mengenai beasiswa ke luar negeri secara lengkap mulai dari tahap persiapan sampai dengan proses perkuliahan di sana.

Sejak tahun 2017, Seluz membentuk sebuah komunitas bernama Let’s Talk yang berfokus pada bidang pendidikan, khususnya informasi seputar beasiswa ke luar negeri. Komunitas ini awalnya dibentuk sebagai wadah untuk belajar bahasa Inggris lewat tatap muka antaranggotanya, Seiring berjalannya waktu, komunitas ini memutuskan untuk membuka kelas online yang isinya beragam kegiatan, termasuk speaking IELTS class bagi orang-orang yang berminat melanjutkan pendidikan keluar negeri. Ide ini terbentuk karena Seluz sering ditanyai terkait persiapan untuk belajar ke luar negeri, melamar beasiswa sampai dengan living cost yang dibutuhkan selama mengenyam pendidikan di Australia. Oleh sebab itu dia memutuskan untuk membuat video yang menjawab pertanyaan tersebut yang diunggahnya ke channel youtube pribadinya.

Video youtube Seluz tentang informasi beasiswa

Alasan utama saya untuk membuat konten yang terkait beasiswa dan studi di luar negeri adalah untuk media berbagi dan sharing informasi kepada teman-teman yang sering bertanya kepada saya terkait peluang beasiswa, persiapan studi di luar negeri dan pengalaman studi di Australia. Saya berpikir bahwa dengan membuat konten di IG (instagram) pribadi saya dan juga dengan membuat channel youtube, saya bisa reach out kebanyak orang yang mungkin saja sedang membutuhkan informasi terkait beasiswa. Konten-konten itu dapat mereka akses berkali-kali saat mereka butuhkan. Saya berinisiatif untuk mentoring soal persiapan speaking IELTS karena saya merasa speaking adalah salah area yang masih menjadi tantangan bagi banyak teman saya yang ingin melanjutkan studi keluar negeri.”  

Komunitas ini di bawah pengawasan Seluz telah menggelar beberapa sesi mentoring online. Event perdananya dibuka untuk empat orang, Namun karena banyak peminat, kelas ini harus membuka kelas tambahan. Sempat menjadi seorang guru matematika di salah satu sekolah Internasional di Kupang membuat Seluz memiliki bekal untuk mengkomunikasikan berbagai hal yang ia pahami kepada orang lain. Kemampuan mengajarnya ini juga sangat mendukung pekerjaanya sekarang yaitu mengolah data dan menerjemahkannya dalam bahasa yang dimengerti semua orang.

Pria yang juga aktif sebagai Social Media Editor di komunitas NTT Muda ini juga membagikan pengalamannya selama berkuliah di Australia.

Menurutnya, ada banyak perbedaan yang ia rasakan selama proses perkuliahan berlangsung. Salah satunya adalah budaya bertanya dan diskusi dalam kelas. “Hal pertama yang cukup membuat saya culture shock adalah lebih ke academic culture selama berkuliah di sana. Contohnya, di Indonesia, ketika kita ingin bertanya atau ingin mengajukan pendapat saat kuliah sedang berjalan, kita biasanya mengacungkan tangan kita terlebih dahulu, sebelum diberikan kesempatan untuk bertanya atau berbicara. Nah, di kelas pertama saya saat studi di sana, ternyata saat sedang ada diskusi, seseorang tidak perlu mengacungkan tangan terlebih dahulu. Saya ingat waktu itu, teman sekelas saya berbicara tanpa meminta ijin dulu, langsung nimbrung dalam diskusi. Selain itu, juga dalam hal berbusana di kampus. Kalau di Indonesia, jika ke kampus, mahasiswa harus berpakaian rapi, seperti baju berkerah, sepatu, dan celana panjang, sedangkan di Australia, mahasiswa bebas berpakaian, seperti bercelana pendek atau berkaos dan boleh menggunakan sandal. Hal lainnya yang membuat saya lumayan shock, but more like in a good way, adalah cara dosen men-treat mahasiswanya. Saya merasa seperti tidak ada gap antara saya dan profesor-profesor di Graduate School of Mathematics and Statistics. Pernah suatu ketika, dosen pembimbing saya telat merespons email saya, cuma 5 menit, tapi beliau berulang kali meminta maaf di email yang beliau kirimkan. Saya merasa dosen-dosen di sana sangat low profile dan mendorong mahasiswa untuk maju.”

Menjadikan travelling sebagai hobi, bagi Seluz hal ini merupakan kegiatan yang menyenangkan karena dapat mengenal dirinya sendiri serta berlatih untuk menghadapi situasi diluar dugaannya. Travelling juga membantunya berkomunikasi dengan orang lain dari berbagai latarbelakang budaya dan bahasa yang berbeda.

Menganggap Australia sebagai rumah keduanya, Seluz berharap hubungan Indonesia dan negara Kanguru ini dapat terus terjalin dengan baik dalam hal apapun. Hubungan bilateral kedua negara dapat diperkokoh dengan baik melalui koneksi antar alumni yang pernah tinggal dan bersekolah di Australia sampai dengan hubungan G to G dalam bidang pendidikan maupun kebudayaan kedua negara ini. Seluz juga mengatakan bahwa tidak ada mimpi yang tidak bisa dikejar. Semua anak muda harus mengambil bagian dalam perubahan. Jika menginginkan sesuatu maka lakukan sepenuh hati dan diikuti dengan usaha dan kerja keras.

Saya selalu percaya akan the art of timing. Ketika gagal dalam suatu hal, bukan berarti kita tidak kompeten dan tidak bisa. Mungkin timing-nya saja yang belum tepat. Jadi buat teman-teman muda di luar sana, jika kalian punya mimpi untuk melanjutkan studi keluar negeri, ataupun punya target-target tertentu, mulailah melangkah dari sekarang. Sepuluh ribu langkah selalu berawal dari satu langkah, bukan?” katanya.

Dia mengajak kaum muda untuk mulai bergerak dan explore semua recources yang bisa dimanfaatkan, misalnya melebarkan jejaring sosial dengan teman-teman lainnya melalui kegiatan volunteering, organisasi ataupun kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya.

Terima kasih Seluz Fahik yang sudah mau berbagai cerita bersama AIYA National. Semoga cerita hari ini dapat menginspirasi semua pembaca.

Cheers.