Konferensi Australia Indonesia Business Council (AIBC) 2018 yang berlangsung pada tanggal 11 hingga 13 November 2018 diselenggarakan di Gold Coast, Queensland. Dengan mengangkat tema ‘Partnering for Prosperity in a World of Change’ (Bermitra untuk Kemakmuran di Tengah Perubahan Dunia), konferensi ini menekankan pentingnya memperkuat hubungan kedua negara dan mengatasi tantangan-tantangan dalam rangka mencapai kemakmuran bersama.

© Nina Williams Photography

AIBC Chapters Presidents beserta Duta Besar Indonesia untuk Australia, Bapak Kristiarto Legowo dan Konsulat Jeneral Bapak Heru Subolo.

Dibuka pada tanggal 11 November sore, konferensi AIBC dimulai dengan jamuan minum santai yang dimanfaatkan untuk memperluas jaringan sebelum makan malam pembuka dihidangkan di Ballroom Marriot Resort & Spa. Ketua AIBC, Phil Turtle memberikan sambutan pembukanya dengan menerima kehadiran tamu-tamu terhormat seperti Menteri Industri Pertahan Australia Hon. Steven Ciobo MP, Menteri BAPPENAS Bapak Bambang Brodjonegoro, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bapak Thomas Lembong, Duta Besar Indonesia untuk Australia Bapak Kristiarto Legowo, Kedutaan Konselor, Ekonomi, Investasi and Infrastruktur Australia di Jakarta, Dr. Steven Barraclough, dan Ketua Indonesia Australia Business Council (IABC) serta mantan Duta Besar Indonesia untuk Australia Bapak Hamzah Thayeb, Sally-Ann Watts, selaku Komisaris Investasi dan Perdagangan untuk Indonesia & GM-ASEAN Pasifik, Austrade beserta tamu kehormatan lainnya.

Phil turut mengantarkan ucapan terima kasihnya kepada Executive Officer AIBC, Sharon Enriquez beserta tim serta anggota AIYA yang turut menyukseskan konferensi.

© Nina Williams Photography

Presiden dari AIBC, Phil Turtle menyambut para delegasi dan tamu

Konferensi tahun ini dilengkapi dengan fitur teknologi seperti live-streaming untuk mereka yang berhalangan hadir, kode QR untuk pembaharuan otomatis dan interaktif online melalui tagar #aibc18. Makan malam pembuka dilanjutkan dengan acara penyambutan dari suku Aborigin yang diwakili oleh Yugambeh Aboriginal Dancers untuk menghormati pendiam asli Australia. Pertukaran budaya singkat itu ditutup dengan mengingatkan kepada para hadirin bahwa segala budaya asli dari bahasa, tari, sejarah, lagu serta kisahan tak hanya dimiliki oleh daratan Australia namun juga masyarakat itu sendiri (merujuk kepada para hadirin).

© Nina Williams Photography

Tari asli Aborigin yang dibawakan oleh The Yugambeh Professional Dancers

Mewakili Telkom-Telstra, Asia Practice Leader/Partner PwC dan Coca-Cola Amatil, dengan berurutan Eric Meijer, Andrew Parker dan Liz McNamara berbagi pengalaman-pengalaman serta pembelajaran mereka baik dalam berbisnis mau pun dengan masyarakat kedua negara. Eric menggunakan TelkomTelstra sebagai contoh asli bagaimana dua perusahaan raksasa di Australia dan Indonesia dapat berbisnis dalam keselarasan. Andrew memaparkan bahwa hubungan di antara Australia-Indonesia masih jauh dari apa yang seharusnya dimiliki keduanya, dibutuhkan usaha dan perubahan yang memungkinkan terbukanya peluang dan usaha. Sementara risiko yang datang bersamaan tak dapat dihindari dan perkembangan kedua negara tak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah dan pebisnis namun segala lapisan masyarakat. Liz pun memaparkan pandangannya mengenai kesejatian bermitra dan bukan berbisnis belaka dengan berbagi kisah Coca-Cola Amatil-Indonesia yang telah bergelut selama puluhan tahun di Indonesia. CCAI tak serta-merta berada di hati masyarakat Indonesia, bermula dari 25 pekerja hingga kini memiliki 12.000 pekerja dan akses ke 270 juta masyarakat Indonesia merupakan buah dari kerja ulet dan berkesinambungan.

© Nina Williams Photography

Andrew Parker, Eric Meijer dan Liz McNamara berbagi pengalaman mereka dalam berbisnis di Indonesia

Melanjutkan diskusi yang ada, Bapak Tom Lembong mengungkapkan pandangan positif pemerintah Indonesia ke depannya. Tom mengingat kembali di masa perancangan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) dan meski IA-CEPA telah rampung dan siap ditanda tangani namun kerja keras baru akan dimulai. Bapak Tom Lembong mengajak para hadirin untuk ikut terlibat dalam kerja berkesinambungan dan memanfaatkan fasilitas dagang yang tersedia (menggunakan proteksi investasi dari pemerintah dan realisasi dagang di sektor-sektor persetujuan) untuk mendorong investasi di kedua negara. Beliau menutup kata sambutannya dengan mengalamatkan beberapa survei dan poling yang menempatkan Indonesia di urutan teratas sebagai negara paling dermawan, paling  bahagia, paling optimis, dan masyarakat yang menaruh kepercayaan tertinggi kepada pemerintahnya, dengan setengah bergurau Tom mengirim isyarat bahwa pemerintah Indonesia tak bekerja sendiri mengajak investasi dunia internasional.

© Nina Williams Photography

“Persepsi akan menyusul realita.” Tom Lembong dalam uraiannya di makan malam konferensi AIBC

 

Pertunjukkan Tari Saman yang dibawakan oleh pelajar-pelajar Indonesia di Queensland menambah meriah hari pertama konferensi. Ditemui secara terpisah, Nadira, Nabila, Nadiva dan tim berbagi meski mereka bukanlah penari professional dan sebagian besar gerakan-gerakan yang dibawakan bersifat autodidak. Mereka mengakui bahwa meski dalam keterbatasan dan sering kali harus mengakali dengan menggunakan segala sumber yang tersedia seperti belajar dari video-video online dan menjadi koreografer satu sama lain namun itu semua tak membatasi mereka dalam memperkenalkan budaya Indonesia di Australia.


© Nina Williams Photography

Pertunjukkan Tari Saman, tari khas provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 

Mewakili kota Gold Coast, Walikota Tom Tate menyambut para delegasi dan tamu ke kota turis Australia dengan sebuah perkenalan akan betapa dipengaruhinya Australia oleh Asia. Menjadi satu dari lima orang Australia yang memiliki darah Asia, Walikota Tom dengan bangga berbagi kisah akan dirinya yang mewarisi darah Thai dan Laos. Beliau menutup malam pertama konferensi dengan keramahan dan humor.

© Nina Williams Photography

Walikota Gold Coast, Tom Tate. 

Di pagi hari kedua, aula Hotel Marriot telah dipenuhi oleh para kurang lebih 300 hadirin yang menggunakan kesempatan itu untuk mengenal satu sama lain dan belajar lebih dari para panelis yang hadir. Kehadiran sponsor-sponsor konferensi AIBC tahun ini terasa dekat dengan Coca-Cola Amatil menyediakan kopi khas Melbourne secara cuma-cuma dan tenda TelkomTelstra yang memungkinkan para hadirin untuk berkonsultasi secara professional atau sekedar mencari tahu lebih mengenai mereka.

© Nina Williams Photography

Atmosfir akrab yang ada mencerminkan rasa nyaman akan masyarakat Australia-Indonesia akan satu sama lain

Di antara 300 tamu yang hadir, bergabung pula 10 pemuda/i penerima beasiswa Australian Awards-Indonesia yang lolos seleksi dan mengikuti AAI’s Enrichment Activities. Dengan keikutsertaan mereka, para pelajar dari Australian Awards-Indonesia ini membawa wajah segar penerus kerja sama ke dua negara menjembatani para perancang UU, pebisnis dan professional. Kesempatan yang ada dimaksimalkan oleh pembina anak-anak, Martin Newbery dengan bantuan AIBC untuk mendudukkan para penerus bangsa dengan Bapak Tom Lembong   dalam diskusi singkat.


© Nina Williams Photography

Penerima Australian Awards-Indonesia scholars dengan Duta Besar Indonesia untuk Australia

Dibawakan oleh Executive Director AIBC, Leith Doody mempersembahkan Hon. Steven Ciobo MP sebagai pembicara pertama. Beliau mengingat kembali tahun 2016 di sat dirinya masih menjabat sebagai Menteri Pembangunan Pasifik dan Internasional dan bersama Bapak Tom Lembong merancang IA-CEPA pada tahun 2016. Dalam pengakuannya, Hon. Steven Ciobo MP meyakinkan para pebisnis dan pemilik investasi bahwa baik pemerintah Indonesia mau pun Australia telah menaruh ikhtiar baik ke dalam IA-CEPA, yang mana mencerminkan inisiatif-inisiatif dan prioritas pada komunitas bisnis. Beliau dengan percaya diri membagikan pandangannya ke mana hubungan kedua negara akan mengarah di masa depan. Didasari dengan ambisi dan hubungan baik, potensi kedua negara tidak serta berubah menjadi ancaman, namun sebaliknya melengkapi satu sama lain. Hon. Steven Ciobo MP mendesak kedua belah pihak untuk meneruskan dialog yang ada serta melanjutkan diskusi terbuka yang ada di komunitas-komunitas bisnis. Lebih lanjut, Mr. Ciobo menekankan persahabatan panjang ke dua negara dan berharap melihat Australia-Indonesia akan terus mengandalkan satu sama lain sama seperti di masa lalu.

© Nina Williams Photography

Hon. Steven Ciobo MP 

Memulai kata sambutannya dengan kuis kecil, Bapak Tom Lembong membawa tawa saat mengungkapkan kepanjangan dari singkatan kekinian seperti YOLO (You Only Live Once/Kau Hanya Hidup Sekali) and FOMO (Fear Of Missing Out/Rasa Takut Akan Ketinggalan). Tom menggalang setiap orang akan mencontoh mentalitas takut ketinggalan para millenial ini dan sigap dalam mengambil bagian dari masa depan Indonesia. Beliau percaya bahwa melalui pertemuan tatap muka seperti konferensi, koneksi serta informasi dari mulut ke mulut merupakan cara paling efektif dalam membangun hubungan baik. Bersumber dari majalah-majalah ekonomi, Pak Tom mengungkapkan bahwa meski kini pertumbuhan ekonomi Australia masih stabil namun akan ada titik di mana laju itu akan menemui titik henti, dan ini adalah saatnya untuk Australia untuk melihat ke negara tetangga terbesarnya sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Menjelaskan secara ringkas mengenai keadaan IA-CEPA di tengah hubungan keduanya, para bisnis akan memiliki hak otonomi dalam berinvestasi dengan fokus pengeksekusian dan implementasi. Ketua BKPM meyakinkan bahwa pemerintah Indonesia, langsung dari Presiden Jokowi tengah melaksanakan perubahan birokrasi baik melalui Software (infrastruktur) mau pun Hardware (SDM) untuk mendukung investasi masa depan di Indonesia.


© Nina Williams Photography

Tom Lembong menyampaikan ide eksentriknya: FDA (Fun Direct Investment)

Terbang langsung dari Indonesia di hari yang sama, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), H.E. Prof Bambang Brodjonegoro memberikan presentasi singkat akan prospek ekonomi Indonesia. Beliau percaya bahwa ketakutan dan ketidakpahaman para investor Australia akan Indonesia disebabkan minimnya informasi yang mereka dapati. Bersama dengan presentasinya, Pak Bambang menjabarkan ambisi Indonesia, meski terpaut 0,4% dari target pertumbuhan ekonomi di 5,7% namun Indonesia masih berada di 3 teratas setelah China dan India. Lewat presentasinya, Pak Bambang menunjukkan laju, naik dan turun situasi ekonomi Indonesia saat ini. Dalam perhitungannya, pada 2045, Indonesia akan memiliki 230 juta masyarakat berpenghasilan menengah dari total populasi sebanyak 320 juta, menyediakan pasar jangka panjang yang kuat. Sebelum menutup penyampaiannya, Pak Bambang mengumumkan 10 destinasi wisata baru atau yang dikenal dengan “10 Bali Baru” yang tengah dikembangkan dan terbuka untuk investasi.

Presentasi utuh H.E. Prof Bambang Brodjonegoro dapat ditonton di sini.

© Nina Williams Photography

Kehadiran Kepala BAPPENAS menunjukkan komitmen serius pemerintah untuk membawa investasi ke Indonesia  

Total 11 sesi diskusi membahas berbagai topik utama serta kekhawatiran yang menghalangi para pebisnis memarkirkan modal mereka di Indonesia. Dengan duduknya instansi pemerintah ke dua negara, para ahli serta, mediator serta pebisnis senior; diskusi panjang dan berfaedah menyinggung signifikannya partisipasi dari Australia dan Indonesia di kawasan ASEAN, bermitra dalam teknologi, pariwisata, pendidikan dan pelatihan, pertanian berkelanjutan, sumber daya dan energi, berbisnis dengan tepat dan mentransformasi hubungan ke dua negara di bawah IA-CEPA. Para panelis yang memimpin diskusi terbuka memberikan kesempatan kepada para hadirin untuk secara langsung menanyakan pertanyaan mereka, bersamaan, interaktif yang ada di dunia maya pun mendapatkan tempatnya di diskusi.


© Nina Williams Photography

 Waktu yang tersedia dimaksimalkan dengan diskusi intensif bersama para ahli

Tak hanya menyampaikan kesempatan baik, tantangan-tantangan yang ada di lapangan pun dialamatkan di dalam diskusi, dengan menyediakan informasi yang tepat dan dibawakan oleh mereka yang paham, diharapkan kekhawatiran dan ketidakjelasan yang ada dapat teratasi. Pertanyaan-pertanyaan dan diskusi lanjutan dapat dirundingkan secara pribadi dengan pakarnya di bawah panggung. Di malam kedua, jamuan makan malam menampilkan pertunjukkan budaya seperti tari Gabor khas Bali dan tari Rampai Payung serta Kipas Nusantara. Penarikan undian dengan hadiah liburan gratis di Lombok pun menambah gempita suasana makan malam.

© Nina Williams Photography

Pagelaran seni budaya Indonesia, tari Gabor khas Bali dibawakan oleh Jane Ahlstrand serta penampilan Tari Rampai Payung & Kipas Nusantara

Pidato terakhir di hari ketiga dibawakan oleh Hon. Dr. Andrew Leigh MP selaku Wakil  Menteri Dagang dan Jasa & Asisten Bendahara Australia. Andrew memaparkan keprihatinannya akan minimnya aktivitas bisnis di antara Australia-Indonesia meski keduanya  merupakan bagian dari G-20. Menurut Australian Investment Survey, hanya 7% dari total bisnis Australia yang memilih Indonesia sebagai pilihan utama mereka dalam berbisnis di luar negeri meski Indonesia strategis secara geografis. Menghabiskan 3 tahun masa kecilnya di Aceh, Andrew memiliki pemahaman akan Indonesia yang lebih baik dari kebanyakan masyarakat Indonesia dan beliau meyakini masyarakat Australia bahwa Indonesia lebih dari sekedar Bali, Batik dan Bir Bintang. Andrew mengharapkan pebisnis Australia untuk memperbaiki pemahamannya akan Indonesia dan mencari tahu potensi serta apa yang Indonesia dapat tawarkan, di samping populasi, infrastruktur yang mendukung sektor-sektor utama dan regulasi yang menunjang partisipasi sektor swasta.

© Nina Williams Photography

Hon. Dr. Andrew Leigh MP melalui pengalaman pribadinya menguraikan salah persepsi antara Australia-Indonesia yang sering terjadi

Peresmian dan penandatanganan MoU (Memorendum of Understanding) antara AIBC dan Australia-Indonesia Centre serta penyerahan bantuan kepada Palang Merah Australia, RedR dan NTA: East Indonesia Aid oleh Phil Turtle menutup konferensi AIBC tahun ini.

© Nina Williams Photography

Momen penandatanganan  MoU antara AIBC dan Indonesia Centre

Bersama dengan sebuah inisiasi baik dari AIBC menyatukan 300 hadirin dari kedua belah pihak, 48 panelis, 11 sesi diskusi, ide dan kesempatan yang tak terhitung, serta sebuah peresmian MoU menandai berakhirnya tiga hari intersif itu. Meski jelas peresmian IA-CEPA ke depannya akan menjadi momentum dari area kerja yang perlu diperhatikan dan tantangan yang akan dihadapi masyarakat Australia dan Indonesia. Dengan atau tidaknya IA-CEPA keterlibatan masyarakat Australia dan Indonesia lah yang pada akhirnya akan membangun jalan menuju kemakmuran di masa depan[.]


© Nina Williams Photography

Potret dari #AIBC18 

Konten Sesi diskusi Konferensi dapat diakses di sini*

Conference Session 1 – Australia and Indonesia Significant Participants in the ASEAN Region

Conference Session 2 – Shape of the Trade Relationship

Conference Session 3 – Technology and the Digital Economy: Unlocking Scalable Growth

Conference Session 4 – The Digital Era: The New Wave of Services

Conference Session 5 – Food Security and Sustainable Agriculture

Conference Session 6 – tourism Services and Infrastructure

Conference Session 7 – Business: Getting it Right

Conference Session 8 – Financing of Growth

Conference Session 9 – Education and Training

Conference Session 10 – Resources and Energy

Conference Session 11 – A Transformed and Relationship Under IA-CEPA

*registrasi mungkin diperlukan 

***

Terima kasih kepada AIBC, Phil, Sharon, Leith dan tim yang telah memberi AIYA kesempatan menjadi bagian dari konferensi AIBC tahun ini.

Terima kasih kepada Kepala BKPM Bapak Tom Lembong, KonJen Bapak Heru Subolo, Asisten Deputi Jasa Kemenko Maritim, Bapak Okto Irianto, yang sudah bersedia menyediakan waktu dan tempat kepada AIYA.

Nantikan wawancara eksklusif AIYA bersama Bapak Tom Lembong, Konjen Heru Subolo, dan Assisten Jasa Deputi Kemenko Maritim Bapak Okto Irianto serta profil-profil lainnya!