Versi Bahasa Inggris, klik di sini

Ditulis oleh Ben – AIYA Victoria Committee
Disunting oleh Dinda Ichsani – AIYA National’s Blog Editor
Diterjemahkan oleh  Gabriella Pasya – AIYA National’s Content Translator

Pada awal tahun di tanggal 24 Februari, dibuka kafe baru di Melbourne bernama Jabarano Coffee. Nama ini merupakan perpaduan dari kata Jawa Barat dan Americano, kafe ini diresmikan pembukaannya oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan ingin memperkenalkan kopi Jawa Barat kepada orang Australia. Hal ini membuat saya tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang kopi Indonesia, yang sebelumnya tidak banyak saya ketahui.

Sejarah Kopi di Indonesia

Belanda memperkenalkan kopi ke Hindia Timur (sekarang Indonesia) menjelang akhir tahun 1600-an, membawa potongan stek dari India yang awalnya ditanam di Jawa Barat. Kopi kemudian menyebar ke bagian lain Hindia Timur, yang kemudian menjadi pemasok kopi terpenting di dunia hingga tahun 1840-an. Sampai tahun 1830, produksi kopi sebagian besar melalui perkebunan milik pemerintah, tetapi pada tahun 1830 Belanda memperkenalkan cultuurstelsel (sistem budidaya). Sistem ini diperkenalkan karena Belanda berada di ambang kebangkrutan dan membutuhkan keuntungan dari Hindia Timur. Sistem ini menyatakan bahwa petani Indonesia harus mengalokasikan seperlima dari tanah mereka, atau seperlima dari tenaga kerja mereka, untuk budidaya tanaman ekspor pemerintah. Di masa lalu, petani Indonesia diharuskan menyerahkan dua per lima hasil panen padi mereka dengan sistem sewa tanah. Namun, sistem cultuurstelsel yang baru ini korup, karena pejabat pemerintah yang menentukan jenis dan jumlah tanaman ekspor, seringkali ini jauh melebihi seperlima dari total produksi. Sistem ini menyebabkan kelaparan bagi para petani Indonesia, dan sistem tersebut berakhir pada tahun 1870. Sistem ini menyebabkan penduduk asli belajar bertani kopi, tetapi harus menjualnya dengan harga murah kepada Belanda, yang kemudian diekspor Belanda untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi.

Setelah sistem ini berakhir, jumlah perkebunan swasta meningkat, tetapi pada saat yang sama, karat daun kopi melanda perkebunan yang menyebabkan ekspor turun. Hal ini menyebabkan masuknya kopi robusta ke Jawa karena lebih tahan terhadap karat daun dibandingkan varietas arabika. Setelah Indonesia merdeka, petani- petani kopi kecil tumbuh, dan sekarang produksi kopi nasional didominasi oleh petani kecil, biasanya dengan lahan kopi kurang dari dua hektar dan sering berada di Sumatera. Varietas Robusta adalah yang paling umum, namun Arabika masih diproduksi di Indonesia, menyumbang sekitar sepersepuluh dari total produksi kopi, tetapi sepertiga dari total ekspor kopi, karena kualitasnya yang lebih baik. Perang Dunia ke-2 juga berdampak negatif terhadap produksi kopi di Indonesia, karena para pekebun beralih ke tanaman pangan, sehingga produksi kopi menurun. Kopi di Indonesia telah bertahan lama, dengan Indonesia sekarang menjadi salah satu dari 5 negara penghasil kopi teratas di dunia.

Kopi di Indonesia Sekarang 

Kopi adalah salah satu ekspor pertanian terbesar Indonesia, dimana Indonesia menghasilkan 7,6% dari total ekspor kopi dunia. Ekspor kopi juga menyumbang 0,71% dari total ekspor Indonesia, dan terdapat 1,97 juta petani kopi di Indonesia. Namun, harga kopi sejak tahun 1970-an cenderung turun, petani memperoleh sekitar 19-22% dari total harga secangkir kopi yang dijual, dengan petani kecil di Indonesia memiliki kemampuan untuk menawar yang kecil. Karena Indonesia yang seluruhnya berada di wilayah tropis, Indonesia mampu menghasilkan berbagai jenis kopi. Contohnya antara lain kopi gayo dengan aroma yang kuat dan body* yang seimbang, kopi mandheling yang memiliki rasa pedas, agak mirip tanah dan buah, java arabika yang seperti coklat dan bunga, serta kopi luwak yang sudah banyak dikenal, yang memiliki keasaman tinggi, sedikit pahit, dengan aroma manis dan terkadang aroma buah yang kuat. Jawa Barat memang tidak menghasilkan kopi sebanyak daerah lain di Indonesia, namun Ridwan Kamil yakin kopi ini akan mudah diterima masyarakat asing seperti Australia. Ia menyatakan hal ini karena kopi Arabika Jawa Barat yang memiliki keasaman lebih rendah dan rasa yang manis, serta berkualitas tinggi. Anda dapat menemukan Jabarano di 555 Flinders Lane, Melbourne.

Pengalaman Saya 

Saya ingin mencoba kopi Indonesia secara langsung tetapi COVID-19 memberikan penghalang kecil untuk keinginan ini. Namun saya berhasil membeli kopi Indonesia dari kafe bernama Vacation di Exhibition Street, Melbourne. Saat saya berkunjung, saya tidak bisa membeli minuman kopi asal Indonesia, tapi mereka memang menjual 300g bungkus biji kopi sangrai, termasuk biji kopi Indonesia dari Toraja, Sulawesi.

Kopi Toraja dari Sulawesi, Indonesia 

Anda juga bisa membeli kopi mereka secara online dan mengirimkannya ke Australia. Namun, saya ingat bahwa di toko, saya dapat membeli biji dengan sangrai yang lebih ringan sehingga memungkinkan untuk rasa yang lebih ringan pula, sedangkan secara online hanya tersedia biji sangrai yang lebih gelap dari biji kopi yang sama, sehingga menghasilkan rasa yang lebih pahit tetapi lebih rasa “kopi” . Harganya sama dengan jenis specialty coffee** lainnya dengan kualitas yang lebih tinggi tetapi juga lebih mahal daripada kopi yang biasanya Anda temukan di supermarket. Kopi yang saya buat dengan biji kopi Indonesia ini menurut saya cukup nikmat. Saya benar-benar tidak bisa merasakan kepahitan atau keasaman apa pun, dan rasanya cukup ringan dan lembut untuk diminum dengan sedikit rasa manis sebagai aftertaste***-nya. Saya menikmati meminumnya sebagai kopi hitam dan kopi putih yang mengejutkan saya, karena seringkali kopi hitam terasa agak terlalu pahit atau berat untuk selera saya. Meskipun menurut saya kopinya cukup ringan dan mungkin sedikit beraroma buah, saya rasa saya tidak bisa menentukan rasa yang dijelaskan pada kemasannya. Saya dengan pasti bisa merekomendasikan kopi ini dan menikmatinya lebih dari beberapa specialty coffee lain yang saya minum.

Saya ingin pembaca mengingat bahwa ulasan ini hanya dari pengalaman saya. Banyak aspek yang dapat mempengaruhi cita rasa kopi seperti cara menyeduh, varietas, asal dan sangrai. Artinya, kopi di kafe yang dibuat dengan mesin espresso tidak hanya memiliki rasa yang berbeda, tetapi karena kopi ditanam dari seluruh penjuru Indonesia, kopi dari daerah bahkan perkebunan yang berbeda, akan terasa berbeda. Mudah-mudahan dari pengalaman saya, kopi Indonesia bisa diterima dengan baik di Victoria dan Australia, serta kafe-kafe seperti Jabarano bisa berhasil menarik peminum kopi Australia ke kopi Indonesia.

footnote

*body  : Body adalah rasa ketika kopi masuk kedalam mulut khususnya antara lidah dan langit-langit mulut. Biasanya body yang kental mendapat nilai yang tinggi. Namun body yang ringan juga dapat memiliki rasa enak di mulut. Kopi yang memiliki body yang kental seperti kopi Sumatra atau kopi yang memiliki body ringan seperti kopi Mexico juga menjadi acuan.

**specialty coffee : adalah istilah untuk kopi dengan kualitas tertinggi, biasanya hal terkait dengan seluruh rantai pasokan kopi. Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1974 oleh Erna Knutsen dalam terbitan Tea & Coffee Trade Journal. Knutsen menggunakan istilah inil untuk mendeskripsikan biji kopi dengan rasa terbaik yang diproduksi di iklim  khusus.

***aftertaste : rasa yang tertinggal di dalam lidah