Oleh Keren Doruk- AIYA Victoria

Diterjemahkan oleh Adolf Richardo- AIYA National Translator

Menjelang akhir bulan suci Ramadhan, banyak warga Indonesia-Australia yang merayakan Idul Fitri bersama keluarga dan kolega-koleganya.

Di Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Ramadhan biasa disebut sebagai ‘bulan puasa’ 

Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam. Pada bulan ini, umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa, shalat, serta melakukan refleksi diri dan komunitasnya.

Setelah melaksanakan ibadah Ramadhan dalam kondisi lockdown tahun lalu, warga Indonesia-Australia sekarang dapat berkumpul setiap malam di masjid dan melaksanakan shalat Tarawih.

Umat Muslim Australia melaksanakan ibadah Tarawih di Masjid Emir Sultan. Sumber: Dipasok

Selama bulan Ramadhan, umat Islam berpuasa sejak fajar hingga matahari terbenam. Ibadah puasa dimaksudkan untuk mengingatkan umat Islam bahwa masih banyak saudaranya yang kurang beruntung, serta pentingnya untuk bersyukur atas rahmat Allah SWT. 

Beberapa akademisi Monash Uni menjalankan ibadah puasa dan mereka bersedia berbagi pengalaman Ramadhan dan apa arti puasa bagi mereka.

Penulis “Raih Beasiswa Unggulan ke Australia” Pratiwi Utami menjalankan ibadah puasa dan berbagi apa arti bulan suci ini baginya.

Pratiwi Utami dan anak tertuanya setelah melaksanakan ibadah shalat Ied di Springvale Town Hall. Sumber: Dipasok

“Puasa yang kita lakukan di bulan ini dimaksudkan untuk mengajarkan umat Islam tentang kesabaran dan kasih sayang.

“Selama Ramadan, kami didorong untuk berbuat baik dan berbagi lebih banyak kepada orang-orang yang membutuhkan,”

“Bagi saya pribadi, Ramadhan memberi saya kedamaian dan ketenangan,” kata Pratiwi.

Puasa diakhiri dengan makan malam yang disebut Iftar. Di Indonesia, makan malam ini disebut “Buka Puasa”

Dylan Dharma, seorang pemuda Indonesia-Australia yang sedang mengambil gelar Bachelor of Education di Deakin University juga bercerita mengenai beberapa makanan buka puasa yang disiapkan ibunya.

Gallery Notice : Images have either not been selected or couldn't be found

Dengan statusnya sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Ramadhan adalah hal yang besar di Indonesia. Tahun ini, umat Islam di Indonesia mengawali bulan Ramadhan dengan salat berjamaah pada 13 April, sangat kontras dengan masjid-masjid kosong tahun lalu ketika bulan suci ini bertepatan dengan dimulainya pandemi COVID-19.

Kandidat PhD Media and Journalism Studies serta Dosen di Departemen Komunikasi Universitas Islam Indonesia, Iwan Awaludin juga berbagi tentang pengalamannya merayakan Ramadhan di Australia sebagai minoritas dan beberapa perbedaan Ramadhan di Indonesia dan Australia.

“Umat Islam adalah minoritas di Australia, jadi Ramadhan di sini jelas berbeda dengan di Indonesia. Di negara saya, saat Ramadhan datang, semua orang merayakannya; Anda bisa merasakan, melihat, mendengar, dan merasakannya “

Di negara mayoritas Muslim, suasana Ramadhan sangat terasa di ruang publik, dengan berbagai aktivitas keagamaan dan munculnya banyak warung makan yang menjual makanan berbuka puasa.

Iwan Awaludin setelah ibadah shalat Ied 2019. Sumber: Dipasok

“Ramadhan menjadi momentum bagi saya untuk memperbaiki relasi spiritual saya, tidak hanya secara vertikal (kepada Tuhan) seperti lebih fokus sholat, mengaji, atau bertobat untuk mendapatkan ampunan Allah; tetapi juga memperbaiki hubungan sosial saya, seperti meningkatkan kesadaran dan kepedulian sosial saya dengan keluarga, komunitas Muslim, dan masyarakat secara keseluruhan. ” Kata Pak Iwan.

Dengan Lebaran yang sedang berlangsung di Australia, warga Australia-Indonesia dan umat Islam di seluruh Australia tentunya sangat bersemangat untuk merayakan Lebaran di masjid bersama komunitasnya.